Tulisan Tes 2
Dalam
sebuah Hadist dikisahkan bahwa suatu tempo Nabi shallallâhu ‘alaihi
wasallammendatangi pintu masjid, di situ beliau melihat setan berada di
sisi pintu masjid. Kemudian Nabi SAW bertanya, "Wahai Iblis apa yang
sedang kamu lakukan di sini?" Maka Setan itu menjawab, "Saya hendak
masuk masjid dan akan merusak shalat orang yang sedang shalat ini,
tetapi saya takut pada seorang lelaki yang tengah tidur ini."
Lalu
Nabi SAW berkata, "Wahai Iblis, kenapa kamu bukannya takut pada orang
yang sedang shalat, padahal dia dalam keadaan ibadah dan bermunajat pada
Tuhannya, dan justru takut pada orang yang sedang tidur, padahal ia
dalam posisi tidak sadar?" Iblis pun menjawab, "Orang yang sedang shalat
ini bodoh, mengganggu shalatnya begitu mudah. Akan tetapi orang yang
sedang tidur ini orang alim (pandai)."
Dari
Ibnu Abbas radliyallâhu ‘anh, Nabi SAW bersabda, "Nabi Sulaiman pernah
diberi pilihan antara memilih ilmu dan kekuasaan, lalu beliau memilih
ilmu. Selanjutnya, Nabi Sulaiman diberi ilmu sekaligus kekuasaan.
Bersumber
dari Abi Hurairoh radliyallâhu ‘anh, Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi
wasallambersabda, "Barangsiapa pergi menuntut ilmu maka Allah akan
menunjukkannya jalan menuju surga. Sesungguhnya orang alim senantiasa
dimintakan ampunan untuknya oleh makhluk yang berada di langit maupun di
bumi, hingga dimintakan ampun oleh ikan-ikan di laut. Sesungguhnya
ulama adalah pewaris para Nabi."
Hadits
di atas menyiratkan betapa agama Islam begitu memuliakan, mengutamakan,
dan menghargai orang yang berilmu pengetahuan. Bahkan melebihi
keutamaanya orang yang ahli ibadah tapi bodoh. Menjadi jelas pula bahwa
dalam agama Islam, menuntut ilmu dan mengembangkan budaya ilmiah itu
termasuk bagian dari ibadah, juga merupakan tuntutan agama. Jadi tidak
semata desakan kebutuhan zaman atau tuntutan dari institusi negara an
sich. Itulah kunci mengapa dahulu pada masa kegemilangan peradaban
Islam, banyak lahir ilmuan-ilmuan besar Muslim yang sumbangsihnya telah
diakui dunia dalam banyak cabang keilmuan. Mereka menekuni disiplin
keilmuan atas motif ajaran Islam, bukan tuntutan negara (daulah) waktu
itu.
"Samakah antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Al-zumar: 9)"
Begitu
peduli dan perhatiannya agama Islam akan pentingnya ilmu pengetahuan,
banyak pula ayat Al-Qur'an memberi dorongan dan motivasi agar seseorang
mencintai ilmu, di antaranya ayat itu, "Samakah antara orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Al-zumar: 9).
Tak hanya itu, Al-Qur'an sendiri mengajarkan umat manusia berdoa kepada
Tuhannya agar senantiasa ditambahkan ilmu pengetahuan, "Dan katakanlah,
Ya Tuhanku, tambahkanlah pengetahuan kepadaku".
Di
ayat lain Allah juga berfirman, "Allah akan meninggikan orang-orang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat" (Al-Mujaadalah: 11).
Berjibunnya
apresiasi, penghargaan dan dorongan yang bersumber baik dari al-Qur'an
ataupun Sunnah Nabi sebagaimana di atas seyogianya membuat kaum muslim
pada saat ini khususnya yang masih berstatus mahasiswa, pelajar dan
santri bisa lebih giat dan tekun lagi dalam mempelajari suatu ilmu dan
mengembangkan tradisi ilmiah. Pun menyadarkan bahwa menurut pandangan
Islam kegiatan dan aktivitas belajar dan menuntut ilmu baik di lembaga
pendidikan formal atau nonformal yang ditempuh oleh seorang Muslim
orientasinya tidak melulu mengejar ijazah, gelar dan jabatan tertentu,
melainkan perlu diinsyafi pula bahwa belajar itu merupakan kewajiban
tiap muslim dalam upaya mentaati perintah agama. Wallahu a'lam
M Haromain, pengajar di Pondok Pesantren Nurun ala Nur Wonosobo; penulis lepas, bergiat di Forum Intlektual Santri Temanggung.
sumber : NU Online
0 komentar